Showing posts with label Liverpool. Show all posts
Showing posts with label Liverpool. Show all posts

Friday, September 21, 2012

Hillsborough – a disaster forged in ruling-class hate

Twenty-three years too late, the real truth is finally being told about the Hillsborough disaster of April 15, 1989, which killed 96 football fans and injured hundreds more.

A new 354-page report, released by the Hillsborough Independent Panel after accessing over 400,000 pages of secret documents, has implicated the police, media and British government in what has been described as “the biggest cover-up of British legal history”.

Importantly, it has also cleared Liverpool fans of the vile accusations that the media, police and politicians have thrown at them for over two decades, and has opened the way for justice to finally be won.

On April 15, 1989, Sheffield’s Hillsborough football stadium played host to the FA Cup semi-final between Liverpool FC and Nottingham Forest.

At 2:52pm, Chief superintendent David Duckenfield directed South Yorkshire police to herd thousands of Liverpool fans into an already dangerously over-packed part of the stands on the Lepping’s Lane end of the ground.

As they surged forward, those being crushed at the front sought to have the gates opened to the nearly-empty neighbouring stands, and tried to climb over the high fences to safety.

The police refused to open the gates or help fans. Instead they beat them with truncheons back into the deadly crush.

As the bodies of the injured and dying began to pile up on the field, police lined up three rows deep to keep fans off the pitch, calling in dog-handlers, and assaulting and arresting those trying to give first aid to the injured.

Monday, July 5, 2010

Memperjuangkan Sepakbola: Apakah `permainan sedunia' ini permainan rakyat?

Oleh Duroyan Fertl
5 Juli 2010 -- Berdikari -- Piala Dunia FIFA 2010 di Afrika Selatan telah memulai putaran final 16 besarnya pada 26 Juni. Ia hadir di tengah dengungan terompet vuvuzela yang tak pernah surut, kekalahan tim-tim besar seperti Italia dan Perancis, dan aksi-aksi protes di jalanan oleh warga setempat yang marah atas dana 40 miliar rand yang dibelanjakan pemerintah untuk membiayai acara yang dikelola swasta ini. Sementara itu, kaum miskin Afrika Selatan menderita karena perumahan dan akses layanan mendasar yang di bawah standar.

Sepakbola adalah “permainan dunia” yang dimainkan oleh jutaan orang di seluruh dunia dan ditonton oleh ratusan juta lainnya. Tapi benarkah itu “permainan rakyat”?

Sepakbola itu sendiri seringkali merupakan suatu pertunjukan menegangkan yang menampilkan kepiawaian manusia. Suatu pertandingan sepakbola yang bermutu tinggi dapat dibandingkan dengan seni. Maka tak heran ia begitu populer di seluruh dunia.

Namun permainan itu, tak dapat dipungkiri, disertai serangkaian aspek buruk. Persoalan hooliganisme sepakbola, terutama di Eropa, sudah dikenal baik. Banyak kelab-kelab dan kelompok penggemarnya menjadi lahan subur bagi perkembangan kelompok neo-Nazi dan ekstrim sayap-kanan, seperti English Defence League.

Di tingkat interasional, dukungan terhadap tim nasional mudah sekali diekspresikan menjadi rasisme terang-terangan.

Sebuah “kostum pendukung” Belanda yang dirancang untuk Piala Dunia di Afrika Selatan menggambarkan seorang pendukung Belanda menduduki pundak seorang warga Afrika Selatan berkulit hitam. Iklan yang menyertainya memberikan instruksi untuk “menyetir” kaum “Afrika” dengan menarik-narik kupingnya.